-Welirang Summit- 16:34 Senja di pondokan
Free activity. Ada waktu sekitar 5 jam buat istirahat buat malem ini. Ateng kecil yang memilih tobako wo siumasu di atas batu, Mahlan mbawa kopi sama mas Tambak yang lagi nyari sisa-sisa sinar matahari buat ngangetin #sumpah dingin di pondokan, Rere dan Hendry berdebat masalah #mbo opo gak paham, Aku, Gobes, Pungky, sama Manggala nyelinguk di dalem tenda sambil maen gaplek.






Skip, malem pun tiba. Kabut pondokan mulai naik, melalui celah gubuk-gubuk kecil penambang. Malem ini aku tidur di tenda bareng Rere sama Manggala. Dan... hahahaha :D suatu perbincangan yang perlu aku skip disini. Antara kami bertiga. Sedangkan yang lain hanya riuh bercanda sambil sesekali menyauti argumen ku sama argumennya Rere. Haha, udah ah. Tadi katanya mau aku skip kok. Maaf yaaah readers. Sebelum memutuskan untuk tidur, aku sama Rere pengen narsis-narsis dulu, wkwkwk. Mumpung kameranya Mahlan di tenda kita, dan si Mahlan nya lagi di tenda sebelah. Here we go...



Yang punya kamera dateng, haha. Tidur tidur.. ternyata mas Tambak, Hendry, Manggala nyeduh kopi malem-malem. Gila aja, di luar dingin banget. O iya, tadi pas aku kencing dari air seni ku keluar asepnya. Hahaha :D di kira kenapa? Setelah di pikir secara ilmu fisika atau kimia, ternyataaa air seni kita suhunya bisa 50-70 derajat selsius, sooo ini suhu sekitar bisa sampe 5-20 derajat selsius. Otomatis, hal wajar kalo kencing trus keluar asepnya. Hahaha, gak penting.
Udah-udah, tidur. Besok pagi-pagi nytart jam 4 abis shubuh, langsung ke puncak Welirang. Pengennya anak-anak ngejar sunrise, okeeeeh. Buuh pengorbanan ekstra. Dan malam ini, aku bener-bener gak bisa tidur. Toleh kanan, Manggala pules. Toleh kiri, Rere juga. Haduuuh, alternatif. Hp ku benQ siemens si putih mungil aku keluarkan dari tas kecil, aku puter instrumennya KennyG. Dan gak lamaaa... #puleeees malem Pondokan :)
04:58
Astagaaaaa... Molor semua, idiiiiih. Yaudah, asu-asuan langsung masak mie seadanya buat nutrisi ntar di perjalanan. Jaket kuning karrimor, tas kecil, senter lengkap. Sebelum melakukan pendaikan pertama marilah kita berdoa supaya ada guna dan manfaatnya. Berdoa silahkan.. #prememori. Bismillaaaah... Udara shubuh Pondokan masi terasa di sorban coklat ku. Masih gelap, udah jam lima lebih seperempat.


Nafas mudah habis, ndolok. Imajinasi ku mulai bermain-main, salah ato nggak aku ngeliat sosok bunda maria. Yes of course, mother marry. Di antara daun-daun pisang di belakang kabut secerca cahaya matahari. God, fuck off. Yaudah lupain. Akhirnya sepakat, gak usah ngejar sunrise, oke. Dinikmati aja. Tengah perjalanan beberapa pahlawan dari penambang welirang (red: Belerang) lalu lalang, gilaa. Ngusung geledekan di makadam-makadam gini. Gak percaya!? Niiiih...




Huuuuh... udah sunrise, akhirnya kami menikmati cahaya hangat matahari pagi ini di tengah perjalanan kami menuju ke puncak. Tepat saat vegetasi mulai sedikit, sehingga dengan bebas pandangan kami langsung menuju ke sang surya. Aku susun batu makadam menjadi kira-kira seperti punden berundak. Hahaha, okeeee lapangan basket udah deket. Hah!? Lapangan basket tempat dimana bisa istirahat bentar, yang namain gituan si Ateng kecil. Heran, tapi kalo di pikir-pikir iya seh, mirip lapangan basket. Disana banyak bunga-bunga edelweis yang masih kuncup. Indaaaah.



Pertanda puncak semakin dekat. Setelah lapangan basket, kami memasuki kanopi dari vegetasi sekitar. Kira-kira sepanjang 10meter. Barulah trek yang bikin harap hrap cemas, jalan kecil melingkar tebing, sampingnya jurang. Jujur, aku yang baru kali pertama ke Welirang agak gimana gitu. Dari samping-samping juga di tambah efek-efek dari angin, rasanya pengen jatoh aja.





Memasuki padang Arofa wannabe, dimana tidak ada vegeetasi sama skali. Yang ada hanya batu-batu tajam dan luas. Beberapa pendaki #yang kurang kerjaan menurutku, menyusun batu-batu itu menuliskan nama mereka atau nama pasangan mereka. Haha, tapi asik seh.



Pre memoriii... akhirnya yang disebut, puncak Welirang 3.156mdpl telah kami injak-injak. Beberapa tabako, sprite dari Fifi (hahaha makasih), dan roti kami keluarkan. Istirahat sejenak menikmati hangatnya surya pagi itu, 7:32 WIB. Gak ada pendaki laen kecuali kami berdelapan. Serasa puncak milik kami sendiri. :D



Mahlan, Pungky, Gobes, dkk masih asik jeprat jepret foto. Tidak dengan ku, masih menghela napas panjang setelah perjalanan yang cukup menguras tenaga ku. Huuuh... tak lama kami mempersiapkan upacara penyematan kecil-kecilan untuk Ateng kecil, hai Ateng? Hahaha. Aku di beri kehormatan menyematkan scraft oranye bertulis SENIOR MAJAPALA 24. Di belakang ku Manggala (yang saat itu belum jadi ketum MAJAPALA), Rere (Ketua Umum OSIS), dan Mahlan (Ketua PK) sudah siap dengan upacara kami. Tak berselang, Hendry sudah mengambil beberapa gambar kami saat itu.






Giliran para Hendry (ABIMAPALA, anak biasa macak pecinta alam), Pungky (yang sama kayak Hendry), Gobes (yang belom SENIOR, hahaha ampun Bes) diambil gambarnya, biar gak iri. Hahaha.

Setelah logistik yang kami bawa di daybag kecil sudah abis, siap-siap mengucapkan selamat tinggal pada Welirang. Sebuah puncak yang menakjubkan, dimana memiliki kawah yang indah, asap dengan bau khas belerang, dan batu-batu yang penuh cinta #eaaaa. Makasih Welirang. :*
...............................
Note:
Nyelesein tulisan ini pas baru aja kemaren aku sama temen-temen MAJAPALA baru dari Welirang Expedition. Hahaha, telat banget, gapapa. Tunggu seri Arjuno Summit di Double Summit Attack part III. O iya, masalah Welirang Summit bisa di cuplik dikit di blog sahabat gw Mahlan, disini nih http://muhammadmhln.blogspot.com/2011/12/di-sini-aku-kecil-dan-tak-berarti.html
Makasih readers.

To be continue.....